blog

bki

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)

Senin, 22 Juli 2013

Pengemban Dakwah Sebagai Pilihan Hidup

    

Selalu ada dua pilihan dalam kehidupan. Me­milih antara yang haq dan yang batil, lurus dan bengkok, mulia atau hina, maupun iman atau ku­fur. Menjadi pengemban dakwah, hakikatnya kita telah memilih jalan yang haq, lurus, mulia serta iman.

Seorang pengemban dak­wah adalah sosok yang selalu memiliki orientasi bahwa poros hidupnya akan selalu senantiasa diarahkan pada aktifitas untuk menyeru dan menyampaikan dakwah di tengah-tengah masya­rakat, segala potensi baik waktu, tenaga, harta bahkan jiwa sekali­pun akan ia arahkan pada ke­berhasilan dalam menyeru dan mengajak pada masyarakat.

Terkadang sebagai manusia biasa pengemban dakwah akan mengalami fase penurunan se­mangat dakwah. Setidaknya ada dua faktor yang melatarbela­kanginya. Pertama, faktor internal seperti kesibukan kerja, urusan rumah tangga, kurang percaya diri, malas dan sebagainya. Kedua, faktor eksternal seperti hambatan dakwah dari lingkungan dan kurangnya akses ke masyarakat.
Namun sesungguhnya ma­salah di atas bisa diatasi apabila kita memahami hakikat pilihan hidup kita sebagai pengemban dakwah.
Seorang pengemban dak­wah yang baik akan memahami bahwa segala bekal ilmu yang ia peroleh akan menjadi teori yang akan memuai dan luntur tatkala ia tidak dijadikan sebagai senjata dalam berdakwah, ia tidak akan menyia-nyiakan waktu, tenaga, rezeki dan nikmat yang telah Allah SWT berikan untuk berleha-leha, berangan-angan setinggi langit akan tegaknya peradaban Islam padahal Ia membuang potensi yang telah Allah SWT anugerahkan padanya.
Nabi SAW bersabda: “Berse­geralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal: Apakah yang kalian nantikan ke­cuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemah­kan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya dajjal padahal ia ada­lah sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat menakutkah.”
Seorang pujangga menu­turkan: Bersegeralah beramal, bergerak, mengajak, mengontak, dan menyampaikan sebelum da­tang enam perkara: ilmu menjadi tumpul dan berkarat, kemalasan menguasai kita, dicabutnya ke­baikan dan nikmat dari kita, di­bukanya pintu kefasikan, ditutup- nyn pintu hidayah serta melemahkan iman dan takwa kita.
Sesungguhnya setiap kesu­litan, hambatan dan tantangan dakwah adalah bagian integral dari ujian yang Allah SWT datang­kan kepada kita sebagai kon­sekuensi pilihan hidup kita seba­gai pengemban dakwah dan hamba yang berserah diri.
Imam Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakut­an itulah yang membuat kita sulit. Karena itu, jangan pernah men­coba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk menco­ba. Maka jangan katakan kepada Allah SWT bahwa kita punya masalah, tapi katakanlah kepada masalah itu bahwa kita punya Allah SWT” (Mutiara Hikmah).
Pengemban dakwah adalah visioner yang angan dan hara­pannya jauh berada berada di ne­geri akhirat sedangkan ia beramal di dunia untuk kepentingan akhi­ratnya.
Allah SWT berfirman: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi suburlah karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak anak adalah perhiasan dunia tetapi amalan amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu dan serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (TQS. Al-Kahfi (18):45 — 46).
Sebagai peng­emban dakwah marilah kita selalu bersemangat untuk bergerak, mengajak dan mengontak kaum Muslimin, karena sesungguhnya ini menjadi cermin kepedulian dan kasih sayang kita dengan penderitaan kaum Muslimin di luar sana, juga menjadi ekspresi bahwa kita rindu dan ingin berse­gera hidup dalam naungan dau­lah Islam sebagaimana selalu kita angankan.
Terakhir, bahwasannya impian tanpa amal, maka ia akan pergi dan menghilang, niat tanpa azzam, maka ia akan lemah dan mengendur, ilmu tanpa amal, maka ia akan memuai dan memudar, pengemban dakwah tanpa gerak, maka sungguh ia akan beku, tumpul dan berkarat…. lalu manakah pilihan kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bismillah............