Inspirasi dari 2 Nabi
Bagi seorang Nabi Ibrahim, masa muda adalah masa pencarian jati diri. Bukan cuman mencari tahu siapa orangtuanya, darimana garis keturunannya, atau talent apa yang bisa digali.Tapi lebih dari itu, mengenali jati diri sebagai bagian dari mencari hakikat Tuhan sang Pencipta manusia dan alam semesta. Apalagi di tempat kelahirannya, negeri Babilonia wilayah Iraq, seluruh penduduknya adalah para penyembah berhala dibawah pimpinan raja Namrud. Banyak orang yang menyembah langit dan bintang-bintang. Mereka juga membuat gambar- gambar timbul dan patung-patung dari tuhan mereka dan menyembah-nya. Banyak terdapat bangunan yang dikenal sebagai “zigurat”, yang digunakan sebagai pengamat bintang sekaligus kuil peribadatan, dan di sinilah beberapa tuhan, terutama dewa bulan yang bernama “Sin” disembah.
Meski ayahnya, Aazar, seorang pembuat patung, nggak otomatis menjadikan Ibrahim sebagai bagian dari masyarakat pagan (penyembah berhala). Ibrahim menolak mentah-mentah untuk menyembah berhala. Bahkan beliau getol lalu mencari tahu, siapa Tuhannya yang layak dl sembah. Apakah bintang, bulan, atau matahari. Seperti dikisahkan dalam surat Al An’aam, [6]: 74-79 hingga menemukannya dengan beriman pada Allah swt.
Setelah beriman, Nabi Ibrahim langsung mengajak kaumnya untuk meninggalkan berhala dan beriman pada Allah swt. Hingga suatu saat, kaumnya melakukan perayaan hari besar yang menjadikan mereka tidak terlalu mengawasi berhala-berhalanya. Kondisi seperti Ini menjadikan Nabi Ibrahim sangat leluasa untuk menghancurkan berhala. Namun beliau sisakan berhala yang paling besar, lalu beliau gantungkan kapak yang beliau gunakan untuk menghancurkan berhala di leher berhala yang paling besar.
Ketika penduduk dan Raja Namrud pulang, mereka melihat berhala-berhala sudah hancur. Mereka menduga Ibrahlmlah yang memecahkan tuhan-tuhan mereka itu, Raja Namrud murka. Ibrahim dipanggilnya.
“Wahai Ibrahim, engkaukah yang memecahkan berhala-berhala itu?” tanya Raja Namrud setelah Nabi Ibrahim menghadap.
“Bukan aku,” jawab Nabi Ibrahim, “Berhala besar itu yang menghancurkan berhala-berhala yang kecil itu, buktinya kapak masih tergantung di lehernya.”
Raja Namrud bertambah marah, “Mana mungkin patung dapat berbuat semacam yang engkau katakan itu!”
“Kalau patung itu tidak dapat berbuat apa-apa, mengapa kalian sembah?” tanya Ibrahim. Degl Dalem banget nih perkataan Nabi Ibrahim yang bikin raja Namrud dan kaumnya speechless.
Kisah inspirasi lainnya datang dari seorang remaja yang beriman sepenuh hati pada Allah SWT. Ismail bin Ibrahim. Suatu hari, Nabi Ibrahim dengan berat hati menyampaikan perintah Allah swt pada Ismail, anak semata wayang yang sangat disayanginya. Seperti dikisahkan dalam firman Allah swt:
“Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada umur sanggup) untuk berusaha bersama-sama Ibrahim, berkatalah Ibrahim: ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu!’. la menjawab: ‘Hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,’sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang- orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’.” (Ash-Shaffat: 102-109)
Ayat di atas menggambarkan kronologis proses penyembelihan Nabi Ismail oleh ayahnya, Nabi Ibrahim atas perintah Allah swt. Ketika hunusan pedang sudah siap menggorok leher Nabi Ismail, Allah swt memanggil Nabi Ibrahim. Serta merta, Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. Inilah gambaran kemuliaan dan ketaatan ayah dan anak dalam menjalankan perintah Allah swt.
Padahal di sela-sela proses penyembelihan itu, setan menampakan diri dan mencoba menggagalkan nlatan Nabi Ibrahim dengan terus mengganggunya. Nabi Ibrahim pun melempari setan untuk mengusirnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ismail. Perlawanan kedua Nabi ini terhadap godaan setan menjadi salah satu ritual haji yaitu melempar jumroh yaitu sebagai perwujudan deklarasi permusuhan manusia dengan setan.
Driser, kecerdasan Nabi Ibrahim saat berdialog dengan raja Namrud menjadi inspirasi pada kita bahwa dakwah akan tetep eksls dan Allah swt pasti akan menolong hamba-Nya yang istiqomah dalam dakwah seperti Nabi Ibrahim. Sementara Nabi Ismail, mengajarkan pada kita arti sebuah kesabaran dalam menjalani perintah Allah swt.
Asyik banget ya kalo driser remaji, tetep bersabar untuk menutup aurat sempurna ketika keluar rumah walau terpaan tren busana yang mengumbar aurat datang menghadang. Asyik banget ya kalo driser remaja aktif mengasah skill bin talent untuk ngasih kontribusi positif dalam dakwah Islam. Asyik banget ya, kalo semua driser aktif dan istiqomah dalam dakwah seperti Nabi Ibrahim. Yup, kita pasti bisa!